ini lah makalah tersulit yang aku buat,,, dimana untuk pertama kalinya aku mampelajari ilmu hadis namun diberi tugas untuk membuat makalah,, berat sekali namun semuanya menjadi mudah karena ada tekat dan kemauan yang keras,,,
bersama temanku yang juga baru pertama kali kami mengenal ilmu hadis, kami berusaha semaksimal mungkin untuk mempelajarinya, akhirnya inilah makalah kami
PENGENALAN
PRAKTEK TAKHRIJ AL HADIS
MAKALAH
Disusun
untuk Melengkapi Tugas
“Studi
al Hadis”
Disusun
Oleh:
Sisnawati C51211157
Siti
Muthohharoh C51211158
Dosen
Pembimbing:
Dr.
H. Masruhan, M.Ag
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS
SYARIAH
JURUSAN
AHWAL ASSYAKHSIYAH
SURABAYA
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Ilmu takhrij merupakan
bagian dari ilmu hadis yang harus mendapat perhatian serius karena didalamnya
membicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu berasal.
Penguasaan para ulama dahulu terhadap sumber-sumber hadis begitu luas sehingga
jika disebutkan suatu hadis mereka tidak kesulitan untuk mengetahui sumbernya,
ketika semangat belajar mulai lemah timbul kesulitan untuk mengetahui
tempat-tempat hadis yang dijadikan para penulis ilmu syar’i, sebagian ulama bangkit,
memperlihatkan, dan menjelaskan hadis-hadis dari kitab sumber hadis yang asli
untuk menjelaskan metodenya, menerangkan kualitasnya lalu munculah apa yang
dinamakan takhrij alhadis.
Dalam makalah ini akn
dijelaskan mengenai metode periwayatan dan sanad hadis-hadis, dengan demikian
pentakhrijan hadis atau penelusuran dalam berbagai kitab hadis menjadi hal yang
sangat penting dan memiliki banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh khususnya
dalam menentukan sanad hadis.
- Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
metode yang digunakan dalam takhrij hadis?
2.
Bagaimana
langkah-langkah penelitian hadis?
- Tujuan
Pembelajaran
1. Memahami metode yang digunakan dalam takhrij hadis
2. Mengetahui langkah-langkah penelitian hadis
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Metode yang digunakan dalam takhrij
hadis
Jika kita
hendak mentakhrij hadis dan mengetahui tempat dalam sumber aslinya terlebih dahulu
harus mempelajari keadaan hadis yang dimaksud. Caranya dengan melihat sahabat
yang meriwayatkannya (jika terdapat), pokok bahasannya, lafal-lafalnya, lafal
pertamanya, atau dengan melihat sifat tertentu dalam matan atau sanadnya agar
kita dapat menentukan metode yang tepat dan mudah dalam mentakhrij hadis yang
kita maksud.
Secara garis
besar ada lima metode dalam mentakhrij hadis
a.
Mengetahui
sahabat yang meriwayatkan hadis yang diteliti
b.
Mengetahui
lafadz pertama dari matan atau mathla’ hadis
c.
Mengetahui
beberapa lafadz dalam matan yang penggunaannya jarang digunakan
d.
Dengan cara
mengatahui tema pokok suatu hadis
e.
Dengan cara
meneliti pada sanad dan matan hadis.
1. Mengetahui
sahabat yang meriwayatkan hadis yang diteliti
metode
ini dikhususkan jika kita mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan Hadits,
lalu kita mencari bantuan dari tiga macam karya hadits.yaitu:
Ø Kitab-kitab
musnad, dalam kitab ini disebutkan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh setiap
sahabat secara tersendiri, selama kita telah mengetahui nama sahabat yang
meriwayatkan hadits, maka kita mencari hadits tersebut dalam kitab al-Masaanid,
hingga mendapatkan petunjuk dalam satu musnad dari kumpulan musnad tersebut.
Ø Kitab
al- Ma’aajim (mu’jam-mu’jam), susunan hadits didalamnya berdasarkan urutan
musnad para sahabat atau syuyukh (guru-guru) atau bangsa (tempat asal) sesuai
huruf kamus (hijaiyyah), dengan mengetahui nama sahabat dapat memudahkan untuk
merujuk haditsnya.
Ø Kitab
al- Athraf, kebanyakan kitab-kitab al- Athraf disusun berdasarkan musnad-musnad
parasahabat dengan urutan nama mereka sesuai huruf kamus, jika seorang peneliti
mengetahui bagian dari hadits itu, maka dapat merujuk pada sumber-sumber yang
ditunjukkan oleh kitab-kitab al- Athraf tadi untuk kemudian mengambil hadits
secara lengkap.
2. Mengetahui
lafadz pertama dari matan atau mathla’ hadis
Metode ini
berdasarkan lafadz pertama matan hadis, sesuai dengan urutan huruf hijaiyah dan
alfabeth, sehingga pencarian hadis yang dimaksud sangat mudah, didalamnya juga
dimuat petunjuk para mukharij hadis yang bersangkutan dan pernyataan hadis yang
bersangkutan.
Refrensi yang
digunakan dalam metode ini adalah tipologi al ma’ajim, seperti
Al-jami’al-saghir, Al-fath al-kabirfi dammi al ziyadah’ala al jami’ al saghir,
dengan refrensi ini peneliti tinggal mencari lafadz apa yang tampak pada awal
matan hadis, maka akan dipaparkan berbagai refrensi yang mengeluarkan hadis
tersebut.
3. Mengetahui
beberapa lafadz dalam matan yang penggunaannya jarang digunakan
Metode ini
menekankan pada pencarian beberapa lafadz yang jarang dipergunakan dengan ilmu
sharaf, seorang peneliti akan mengetahui akar katanya. Maka dengan mudah ia
mengetahui rangkaian hadis (tidak sepenuhnya) dan mengetahui pula para
kodifikatornya bersama rumusan bab dan kitab refrensinya. Kelebihan metode ini
adalah tidak terikat kosa kata tertentu, mudah menemukan haadis, dan siapa saja
yang menemukan hadis tersebut. Kelemahannya adalah pengguna metode ini bagi
peneliti yang kurang memahami ilmu sharaf.
Metode ini
dapat dibantu dengan kitab Al Mu’jam Al
Mufahras li Alfaadzi Al-Hadis An-Nabawi, berisi Sembilan kitab yang paling
terkenal di antara kitab-kitab hadits,yaitu:Kutubu sittah, Muwattha Imam Malik,
Musnad Ahmad dan Musnad Ad-Darimi.Kitab ini di susun oleh seorang orientalis, DR.Vensik
(wafat 1939 M), guru bahasa arab di universitas Leiden, Belanda, dan yang ikut
dalam menyebarkan dan mengedarkan kitab ini Muhammad Fuad Abdul Baqi.
4. Dengan
cara mengatahui tema pokok suatu hadis
Metode ini
hanya dapat digunakan oleh orang-orang yang menguasai pembahasan atau dengan
kata lain orang yang mempunyai pengetahuan luas. Metode ini menekankan pada
pencarian tema sentral sebuah hadis yang hendak diteliti. Perlu diketahui bahwa
sebuah hadis kadang memiliki satu tema sentral namun kadang memiliki beberapa
tema.
Kelebihan
metode ini adalah mempermudah peneliti untuk melacak hadis secara tematik. Kelemahan
dari metode ini adalah bagi peneliti yang tidak mengetahui tema sentral hadis
atau kesinpulan tema hadis tidak sama dengan yang dimaksud oleh penyusun buku,
maka peneliti sering terkendala menemukannya.
jika
telah diketahui tema dan obyek pembahasan hadits, maka bisa dibantu dalam
takhrijnya dengan karya-karya hadits yang disusun berdasarkan bab-bab dan
judul-judul, cara ini banyak dibantu dengan kitab Miftah Kunuz As-Sunah, yang
berisi daftar isi hadits yang disusun berdasarkan judul-judul pembahasan. Kitab
ini disusun oleh seorang orientalis berkebangsaan Belanda yang bernama Arinjan
Vensink, kitab ini mencakup daftar isi untuk 14 kitab hadits yang terkenal
yaitu:
1.Shahih
Bukhari 8.Musnad Ahmad
2. Shahih
Muslim 9.Musnad Abu Dawud Ath-Thayalisi
3.Sunan
Dawud
10.Sunan Ad-Darimi
4.
Jami’ At-Tirmidzi
11.Musnad Zaid bin ‘Ali
5.Sunan
An-Nasa’I
12.Sirah Ibnu Hisyam
6.Sunan
Ibnu Majah 13.Maghazi Al-Waqidi
7.Muwaththa’
Malik
14.Thabaqat Ibnu Sa’ad
Dalam
menyusun kitab ini, penyusun menghabiskan waktunya selama sepuluh tahun,
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa arab dan diedarkan oleh Muhammad Fuad Abdul
Baqi yang menghabiskan waktu untuk itu selama empat tahun.
5.
Dengan cara meneliti pada sanad dan matan hadis
Metode ini menekankan pada pencarian hadis
dan mempelajari sedalam-dalamnya tentang keadaan matan dan sanad hadis,
kemudian mencari sumbernya dalam kitab-kitab khusus yang membahas keadaan matan
dan sanad hadis tersebut.
Yang dimaksud dengan study sanad hadis ialah
mempelajari perawi yang ada pada sanad hadis dengan menitik beratkan pada
mengetahui biografi, kuat dan lemahnya hafalan serta penyebabnya apakah mata
rantaisanad bersambung atau terputus, mengetahui waktu lahir dan wafat mereka
dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan al jarh wa ta’dil.
Setelah mempelajari hal tersebut kita dapat
memberikan hukum kepada sanad hadis apakah itu shahih atau dho’if. Dalam
memberikan hukum kepada matan hadis disamping melihat unsur-unsur tersebut
diatas terdapat pula unsure-unsur lain seperti meneliti lebih juah matannya
untuk mengetahui apakah isinya bertentangan dengan riwayat perawi yang lebih terpercaya
atau tidak? Apakah didalamnya ada ‘ilat yang dapat menjadikannya tertolak atau
tidak? Baru kemudian kita dapat menghukumi hadis tersebut.
B. langkah-langkah
penelitian hadis
langkah-langkah penelitian hadis meliputi
penelitian sanad dan penelitian matan
1.
penelitian
sanad
secara garis besar langkah-langkah penelitian
sanad hadis meliputi tiga poin:
ü Melakukan
al-I’tibâr
Al-I’tibâr dilakukan setelah seluruh sanad hadis dicatat
dan dihimpun. Tentunya setelah dilakukannya kegiatan takhrîj. Maksud dari al-i’tibâr
dalam ilmu hadis adalah menyertakan sanad-sanad lain untuk suatu hadis
tertentu, yang pada bagian sanadnya tampak hanya memiliki seorang periwayat.
Dengan menyertakan sanad-sanad lain, dapat diketahui apakah ada periwayat lain
atau tidak pada bagian sanad dari sanad hadis yang dimaksud. Dengan al-i’tibâr
akan terlihat jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti, nama-nama
periwayatnya dan metode periwayatan yang digunakan masing-masing periwayat yang
bersangkutan
ü Meneliti
pribadi periwayat dan periwayatannya
Dalam
pembahasan ini ada lima poin yang menjadi titik tekannya yaitu:
§
Menjadikan
Kriteria kesahihan sanad sebagai acuan
Guna meneliti suatu hadis, perlu adanya acuan yang dapat
digunakan sebagai barometer. Acuan tersebut adalah kaidah keshahihan hadis bila
ternyata yang diteliti bukan merupakan hadis yang mutawâtir.
§
Sisi-sisi
pribadi periwayat yang menjadi objek penelitian
Dalam kaitannya dengan kajian sanad, berdasarkan
unsur-unsur kaidah keshahihan sanad, unsur-unsurnya ada yang terkait dengan
rangkaian/persambungan sanad dan ada yang terkait dengan keadaan pribadi para
periwayat. Untuk yang berkaitan dengan rangkaian/persambungan sanad, jelas
rangkaian sanadnya harus selalu bersambung dari mukharrij sampai ke periwayat
teratas. Jika ada keterputusan sanad, seperti misalnya dari tabi’ al-tabiin
langsung kepada sahabat, maka dapat dipastikan bahwa hadis tersebut sanadnya
tidak shahih. Sedangkan untuk yang berkaitan dengan pribadi periwayat, ada dua
hal yang perlu diteliti. Pertama, keadilan periwayat. Keadilan ini berhubungan
dengan kualitas pribadi periwayat.
§
Memelajari
Ilmu Al-Jarh Wa al-Ta’dîl
Mengingat akan periwayat hadis dari masa sahabat sampai
para mukharrij-nya telah meninggal dunia dan kita tidak bisa menemui mereka
secara fisik, maka perlu adanya studi kritis tentang pribadi mereka. Baik
terkait dengan kelebihan maupun kekurangan mereka di bidang periwayatan hadis.
Para ulama telah banyak menulis tentang hal ini (kritik rijâl al-hadîts) yang
kemudian dinamakan dengan ilmu al-jarh wa al-ta’dîl
§ Meneliti persambungan sanad
Dalam meneliti persambungan sanad hadis yang harus
dipaparkan adalah mencermati adanya relasi antara dia dan gurunya, dan relasi
antara dia dan muridnya. Bisa juga menggunakan tahun wafat antara murid dan
guru dengan jarak masa jeda 60 tahun,
§
Meneliti
syâdz dan ‘Illat
Penelitian terhadap hadis belum dapat dikatakan selesai,
meskipun diriwayatkan oleh orang yang tsiqah dan memiliki ketersambungan sanad,
sebelum meneliti adanya kejanggalan (syâdz) dan kecacatan (‘illat). Penelitian
terhadap kedua hal ini relatif lebih sulit dibandingkan dengan penelitian
terhadap keadaan periwayat dan persambungan sanad secara umum.
ü Menyimpulkan
Hasil Penelitian Sanad
Setelah melakukan al-i’tibâr dan meneliti pribadi
periwayat serta metode periwayatannya, maka langkah selanjutnya dan juga
sebagai langkah akhir dalam penelitian sanad adalah menyimpulkan hasil
penelitian sanad. Hasil penelitian yang dikemukakan harus berisi konklusi serta
harus disertai dengan argumen-argumen yang jelas. Argumen tersebut dapat
dikemukakan sebelum ataupun setelah rumusan natijah dikemukakan. Dari hasil
penelitian tersebut kemudian dikemukakan apakah hadis yang bersangkutan
berstatus mutawâtir atau ahad. Jika berstatus ahad, maka perlu diungkapkan
apakah hadis tersebut shahih, hasan atau dha’if.
2.
penelitian
matan
menganalisis matan untuk mengetahui
kemungkinan adanya ‘ilat dan syudzudz padanya. Langkah ini dapat dikatakan
sebagai langkah yang paling berat dalam penelitian suatu hadis, karena
kebanyakan pengamalan suatu hadis justru lebih bergantung pada hasil analisis
matannya daripada penelitian sanad. Langkah ini memerlukan wawasan luas dan
mendalam. Untuk itu seorang peneliti dituntut untuk menguasai bahasa arab
dengan baik, menguasai kaidah-kaidah yang bersangkutan dengan matan hadis,
memahami isi alquran, baik tekstual maupun kontekstual, paham prinsip-prinsip
ajaran islam, mengetahui metode istinbath dan sebagainya.
Dengan memperhatikan hal tersebut insyaallah
penarikan kesimpulan akan terhindar dari kekeliruan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Secara garis besar ada lima metode dalam mentakhrij hadis
Mengetahui sahabat yang meriwayatkan hadis yang
diteliti
Mengetahui lafadz pertama dari matan atau mathla’
hadis
Mengetahui
beberapa lafadz dalam matan yang penggunaannya jarang digunakan
Dengan cara
mengatahui tema pokok suatu hadis
Dengan cara meneliti pada sanad dan matan hadis
2.
langkah-langkah
penelitian hadis meliputi penelitian sanad dan penelitian matan
a.
penelitian
sanad
secara garis besar langkah-langkah penelitian
sanad hadis meliputi tiga poin:
Melakukan al-I’tibâr
Meneliti pribadi periwayat dan
periwayatannya
Menyimpulkan Hasil Penelitian
Sanad
b.
penelitian
matan
Langkah ini memerlukan wawasan luas dan
mendalam. Untuk itu seorang peneliti dituntut untuk menguasai bahasa arab
dengan baik, menguasai kaidah-kaidah yang bersangkutan dengan matan hadis,
memahami isi alquran, baik tekstual maupun kontekstual, paham prinsip-prinsip
ajaran islam, mengetahui metode istinbath dan sebagainya
DAFTAR
PUSTAKA
Zainuddin, dkk.,Study Hadis, (Surabaya:IAIN SA press,2011)173
Manna Al-Qoththan, Pengantar Study Ilmu Hadis,(Jakarta,Pustaka Al-Kautsar,2009),192
Agus sholahuddin, agus
suyadi, ulumul hadis, (Bandung:
pustaka setia,2009)205